Sabtu, 12 Juni 2010

Tetanus

1. Pengertian

Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.



2. Etlologi

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 - 0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh genderang (drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin mi labil pada pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit. Di samping itu dikenai pula tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses penyakit.


Epidemiologi
Kuman ini tersebar di :

* Tanah terutama tanah garapan
* Dijumpai pada tinja manusia dan hewan


Faktor pencetus :
Perawatan luka yang tidak baik merupakan faktor pencetus tersering

Patogenesis
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan keadaan anaerob yang disukai untuk tumbuhnya kuman tetanus antara lain ;

* Luka tusuk yang dalam misalnya kena paku atau duri
* Luka karena kecelakaan baik lalu lintas maupun kacelakaan kerja
* Luka ringan seperti luka gores dan excoriasi


Hipotesa bekerjanya toksin :

1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dan melalui sumbu silindris menuju cornu anterior CNS
2. Toksin diabsorbsi oleh sistem limfe masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam CNS


Gejala klinis :

* Masa inkubasi tetanus 2 – 21 hari
* Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak yang bisa berupa :
* Spastisitas otot terutama pada leher dan rahang
* Kesukaran membuka mulut
* Kaku kuduk
* Kejang sepanjang ruas tulang belakang
* Bila kejang tonik sedang berlangsung maka pada daerah muka nampak berwajah seperti kera ( Rhesus sardonicus )
* Serangan timbul paroximal dapat dicetuskan oleh rangsangan suara, cahaya, maupun sentuhan tetapi dapat timbul spontan
* Karena kontraksi otot yang kuat dapat terjadi aspirasi dan cyanosis, retensio urine dan bahkan fractura columna vertebrae
* Pada anak terkadang djumpai demam ringan


Pemeriksaan

* Pada anamnesa biasanya didapatkan riwayat luka
* Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekakuan otot menyeluruh dan kejang
* Laboratorium biasanya dijumpai leukositosis


Prosedur penatalaksanaan tetanus

SARANA

* Oksigen
* Suction aparatus


PENATALAKSANAAN

1. Penderita diterima di penerimaan awal
2. Penderita dibaringkan di triage untuk diseleksi dan pemeriksaan awal
3. Penderita dibawa ke ruang kartu merah untuk pemeriksaan lebih lanjut
4. Penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium
5. Berikan oksigen
6. Dilakukam penghisapan lendir dengan suction
7. Pasang infus RL
8. Penderita di MRS kan

Pada dasarnya, penatalaksaannya tetanus bertujuan untuk :
1. Eliminasi Kuman

* Debridement

Untuk meghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak, membuang benda asing, merawat luka / infeksi umbilicus, membersihkan liang telinga / mengobati otitis media

* Antibiotika

Penicilline procaine 50.000 – 100.000 IU / kg / hari IM, 1 – 2 kali sehari minimal selama 10 hari.
Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.

2. Netralisasi Toksin :

* Toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
* Dapat diberi TIGH 500 KI (neonatus) – 6000 KI i.m atau ATS 5000 KI – 100.000 KI.

3. Perawatan Suportif :
Perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional.
a. Nutrisi dan Cairan :

* Pemberian cairan IV disesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita, seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
* Beri nutrisi tinggi kalori, bila perlu dengan nutrisi parenteral.
* Bila sonde nasogastric telah dapat dipasang (tanpa memperberat kejang), pemberian makanan per oral hendaknya segera dilaksanakan.

b. Menjaga agar pernapasan tetap efisien :

* Pembersihan saluran napas dari lendir.
* Pemberian zat asam tambahan.
* Bila perlu, lakukan tracheostomi (tetanus berat).

c. kekakuan dan mengatasi kejang :

* Antikonvulsan diberikan secara titrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan respons klinis.
* Pada penderita yang cepat memburuk (serangan kejang makin sering dan makin lama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi, yaitu dimulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan yang lebih tinggi.
* Bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi, harus dilakukan pelumpuhan otot secara total dan dibantu dengan pernapasan makanik (ventilator).
Bila Artikel ini berkenan bagi AndaSilahkan DownLoadDisini

Jumat, 11 Juli 2008

ilmu Syaraf buat mahasiswa kedokteran

Depkes Terus Selidiki Isu Penyakit Minamata di Teluk Buyat Sulawesi Utara Print E-mail
27 Jul 2004
Departemen Kesehatan harus berhati-hati menyatakan 4 orang warga Teluk Buyat Kab. Minahasa Sulawesi Utara menderita penyakit Minamata atau bukan, sebelum dapat dibuktikan secara medis dan laboratoris. Hasil pemeriksaan fisik dan pengamatan yang dilakukan oleh Tim Ahli Penyakit Minamata dari UI dan Depkes yang dikirim tanggal 20 Juli 2004 serta Tim Bakti Sosial FK Unsrat, RSUP Manado, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL dan P2M) Depkes, Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Utara dan Minahasa Selatan di lokasi Desa Buyat dan Ratatotok tanggal 24 Juli 2004, menunjukkan hasil diagnosenya sebagian besar adalah penyakit ISPA, Dermatitis, Cephalgia, Common Cold, Gastritis, dan Rematik Artritis.

Mengenai 4 warga Teluk Buyat yang diisukan menderita penyakit Minamata, umumnya menderita sakit kulit dan diantaranya disertai benjolan. Oleh karena itu untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan penyebabnya serta kepentingan masyarakat yang lebih luas, Departemen Kesehatan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan fisik, klinis, psikis dan laboratorium secara lengkap.

Demikian penegasan Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes, menanggapi maraknya pemberitaan issu penyakit Minamata yang diderita 4 warga Teluk Buyat Sulawesi Utara tanggal 27 Juli 2004 di Jakarta.

Menurut Prof. Umar Fahmi, pemeriksaan terhadap 4 orang warga Teluk Buyat yaitu Ny. Masna Stirman (39 th), Ny. Juhria (42 th), Rasyit Rahmat (38 th) dan Sri Fika (1 th 9 bln) dilakukan oleh Tim dokter RS Cipto Mangunkusumo yang terdiri dari dokter Spesialis Penyakit Dalam, Mata, Neurologi, Psikiatri, Bedah, Kulit dan Anak serta pemeriksaan laboratorium kimia terutama logam berat (merkuri, arsen, cadmium, selenium, dan cyanida).

Sedangkan Tim yang dikirimkan ke Teluk Buyat terdiri 3 Tim. Tim pertama yaitu DR. Hening Darpito, Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi (PAS) Depkes, DR. dr. Rachmadi, SKM, Ahli Kesehatan Masyarakat dan Ahli Penyakit Minamata dari UI serta Drs. Suprianto, M.Si dari Direktorat PAS Depkes.

Tim kedua, terdiri dari Dr. Ieke Irdijati SA, MPH, Sekretaris Ditjen Bina Kesmas dan Dr. Faizati Karim, MPH Direktur Kesehatan Komunitas Depkes untuk melakukan peninjauan kesehatan masyarakat di sekitar Teluk Buyat dan 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat dan kecenderungannya di Puskesmas setempat dalam beberapa tahun terakhir.

Tim lainnya terdiri dari Dr. Erna Tresnaningsih, MOH, Ph.D, Kepala Pusat Kesehatan Kerja Depkes, DR. Tan Malaka, MOH, Asosiasi Hiperkes/Pakar dan Praktisi Kesehatan Kerja dan Dr. Sudjoko Kuswadji, MSc.OM, Ketua Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia. Tim ini bertugas untuk melakukan review terhadap pabrik PT NMR dalam hal manajemen kesehatan kerja dan manajemen lingkungan meliputi antara lain data-data AMDAL serta RKL/RPL (Rencana Kelola Limbah dan Rencana Pengolahan Limbah).

Tim tersebut, saat ini sudah mengambil sample ulang terhadap 15 responden untuk pemeriksaan rambut dan 8 untuk pemeriksaan darah di BTKL dan P2M Manado. Selain itu sedang diambil ulang sample 12 ekor ikan dari Pelelalangan Ikan Ratatotok untuk diperiksa di Balai Besar POM Sulawesi Utara.

Menurut Prof. Umar Fahmi, istilah Minamata pertama kali muncul karena adanya laporan banyaknya pasien yang system syarafnya rusak pada masyarakat di Teluk Minamata Jepang tahun 1956. Setelah diteliti ternyata kasus tersebut berhubungan dengan pencemaran merkuri yang dibuang tanpa didetoksifikasi terlebih dahulu oleh sebuah industri fertilizer.

Lebih lanjut ditegaskan, minamata itu adalah penyakit yang disebabkan keracunan methyl merkuri yang mengakibatkan terjadinya gangguan syaraf pusat akibat logam merkuri. Pada penderita terjadi degenerasi sel-sel syaraf pada otak kecil, sarung selaput syaraf dan bagian otak yang mengatur penglihatan. Selain penglihatan juga terdapat paresthesia (kesemutan), tremor, gangguan bicara, kehilangan daya ingat, ataxia dan kelainan syaraf lainnya.

Di alam, sebagian logam berat merkuri dapat ditransformasikan menjadi bentuk senyawa methyl merkuri yang merupakan penyebab penyakit Minamata. Senyawa methyl merkuri kemudian melalui plankton masuk kedalam rantai makanan, terutama ikan.

Methyl merkuri merupakan bentuk senyawa organik yang penting berisiko terhadap kesehatan masyarakat. Methyl merkuri didistribusikan ke seluruh jaringan terutama di darah dan otak. 90% ditemukan dalam darah merah dan metabolisme secara lambat, 90% akan diekskresikan melalui empedu ke tinja dan sisanya melalui urine. Keracunan merkuri terutama menyebabkan perusakan susunan syaraf pusat dan ginjal. Pada keracunan akut dapat menimbulkan gangguan pada system saluran pencernaan dan pernafasan. Methyl merkuri dapat menembus blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak dan bersifat irreversible.

Hubungan kadar merkuri dengan dampak kesehatan yang ditimbulkan adalah bila kadar Hg dalam urine 20 ug/l biasanya tidak ada gejala. Bila kadarnya 20 – 100 ug/l terjadi penurunan respons konduksi syaraf, gangguan bicara dan tremor. Bila kadarnya 100 - 500 ug/l menyebabkan tremor, kehilangan daya ingat, irritable dan kelainan syaraf lainnya. Sedangkan kadar 500-1000 ug/l akan disertai gangguan ginjal. Namun indikator kunci penyakit Minamata adalah diketemukannya senyawa methyl merkuri baik pada tubuh manusia maupun rantai makanan khususnya ikan.
Word of the Day

Article of the Day

This Day in History

Today's Birthday

In the News

Quote of the Day

Spelling Bee
difficulty level:
score: -
please wait...
 
spell the word:

Match Up
Match each word in the left column with its synonym on the right. When finished, click Answer to see the results. Good luck!

 

Hangman
 
powered by Blogger