Jumat, 11 Juli 2008

ilmu Syaraf buat mahasiswa kedokteran

Depkes Terus Selidiki Isu Penyakit Minamata di Teluk Buyat Sulawesi Utara Print E-mail
27 Jul 2004
Departemen Kesehatan harus berhati-hati menyatakan 4 orang warga Teluk Buyat Kab. Minahasa Sulawesi Utara menderita penyakit Minamata atau bukan, sebelum dapat dibuktikan secara medis dan laboratoris. Hasil pemeriksaan fisik dan pengamatan yang dilakukan oleh Tim Ahli Penyakit Minamata dari UI dan Depkes yang dikirim tanggal 20 Juli 2004 serta Tim Bakti Sosial FK Unsrat, RSUP Manado, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL dan P2M) Depkes, Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Utara dan Minahasa Selatan di lokasi Desa Buyat dan Ratatotok tanggal 24 Juli 2004, menunjukkan hasil diagnosenya sebagian besar adalah penyakit ISPA, Dermatitis, Cephalgia, Common Cold, Gastritis, dan Rematik Artritis.

Mengenai 4 warga Teluk Buyat yang diisukan menderita penyakit Minamata, umumnya menderita sakit kulit dan diantaranya disertai benjolan. Oleh karena itu untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan penyebabnya serta kepentingan masyarakat yang lebih luas, Departemen Kesehatan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan fisik, klinis, psikis dan laboratorium secara lengkap.

Demikian penegasan Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes, menanggapi maraknya pemberitaan issu penyakit Minamata yang diderita 4 warga Teluk Buyat Sulawesi Utara tanggal 27 Juli 2004 di Jakarta.

Menurut Prof. Umar Fahmi, pemeriksaan terhadap 4 orang warga Teluk Buyat yaitu Ny. Masna Stirman (39 th), Ny. Juhria (42 th), Rasyit Rahmat (38 th) dan Sri Fika (1 th 9 bln) dilakukan oleh Tim dokter RS Cipto Mangunkusumo yang terdiri dari dokter Spesialis Penyakit Dalam, Mata, Neurologi, Psikiatri, Bedah, Kulit dan Anak serta pemeriksaan laboratorium kimia terutama logam berat (merkuri, arsen, cadmium, selenium, dan cyanida).

Sedangkan Tim yang dikirimkan ke Teluk Buyat terdiri 3 Tim. Tim pertama yaitu DR. Hening Darpito, Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi (PAS) Depkes, DR. dr. Rachmadi, SKM, Ahli Kesehatan Masyarakat dan Ahli Penyakit Minamata dari UI serta Drs. Suprianto, M.Si dari Direktorat PAS Depkes.

Tim kedua, terdiri dari Dr. Ieke Irdijati SA, MPH, Sekretaris Ditjen Bina Kesmas dan Dr. Faizati Karim, MPH Direktur Kesehatan Komunitas Depkes untuk melakukan peninjauan kesehatan masyarakat di sekitar Teluk Buyat dan 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat dan kecenderungannya di Puskesmas setempat dalam beberapa tahun terakhir.

Tim lainnya terdiri dari Dr. Erna Tresnaningsih, MOH, Ph.D, Kepala Pusat Kesehatan Kerja Depkes, DR. Tan Malaka, MOH, Asosiasi Hiperkes/Pakar dan Praktisi Kesehatan Kerja dan Dr. Sudjoko Kuswadji, MSc.OM, Ketua Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia. Tim ini bertugas untuk melakukan review terhadap pabrik PT NMR dalam hal manajemen kesehatan kerja dan manajemen lingkungan meliputi antara lain data-data AMDAL serta RKL/RPL (Rencana Kelola Limbah dan Rencana Pengolahan Limbah).

Tim tersebut, saat ini sudah mengambil sample ulang terhadap 15 responden untuk pemeriksaan rambut dan 8 untuk pemeriksaan darah di BTKL dan P2M Manado. Selain itu sedang diambil ulang sample 12 ekor ikan dari Pelelalangan Ikan Ratatotok untuk diperiksa di Balai Besar POM Sulawesi Utara.

Menurut Prof. Umar Fahmi, istilah Minamata pertama kali muncul karena adanya laporan banyaknya pasien yang system syarafnya rusak pada masyarakat di Teluk Minamata Jepang tahun 1956. Setelah diteliti ternyata kasus tersebut berhubungan dengan pencemaran merkuri yang dibuang tanpa didetoksifikasi terlebih dahulu oleh sebuah industri fertilizer.

Lebih lanjut ditegaskan, minamata itu adalah penyakit yang disebabkan keracunan methyl merkuri yang mengakibatkan terjadinya gangguan syaraf pusat akibat logam merkuri. Pada penderita terjadi degenerasi sel-sel syaraf pada otak kecil, sarung selaput syaraf dan bagian otak yang mengatur penglihatan. Selain penglihatan juga terdapat paresthesia (kesemutan), tremor, gangguan bicara, kehilangan daya ingat, ataxia dan kelainan syaraf lainnya.

Di alam, sebagian logam berat merkuri dapat ditransformasikan menjadi bentuk senyawa methyl merkuri yang merupakan penyebab penyakit Minamata. Senyawa methyl merkuri kemudian melalui plankton masuk kedalam rantai makanan, terutama ikan.

Methyl merkuri merupakan bentuk senyawa organik yang penting berisiko terhadap kesehatan masyarakat. Methyl merkuri didistribusikan ke seluruh jaringan terutama di darah dan otak. 90% ditemukan dalam darah merah dan metabolisme secara lambat, 90% akan diekskresikan melalui empedu ke tinja dan sisanya melalui urine. Keracunan merkuri terutama menyebabkan perusakan susunan syaraf pusat dan ginjal. Pada keracunan akut dapat menimbulkan gangguan pada system saluran pencernaan dan pernafasan. Methyl merkuri dapat menembus blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak dan bersifat irreversible.

Hubungan kadar merkuri dengan dampak kesehatan yang ditimbulkan adalah bila kadar Hg dalam urine 20 ug/l biasanya tidak ada gejala. Bila kadarnya 20 – 100 ug/l terjadi penurunan respons konduksi syaraf, gangguan bicara dan tremor. Bila kadarnya 100 - 500 ug/l menyebabkan tremor, kehilangan daya ingat, irritable dan kelainan syaraf lainnya. Sedangkan kadar 500-1000 ug/l akan disertai gangguan ginjal. Namun indikator kunci penyakit Minamata adalah diketemukannya senyawa methyl merkuri baik pada tubuh manusia maupun rantai makanan khususnya ikan.

Tidak ada komentar:

Word of the Day

Article of the Day

This Day in History

Today's Birthday

In the News

Quote of the Day

Spelling Bee
difficulty level:
score: -
please wait...
 
spell the word:

Match Up
Match each word in the left column with its synonym on the right. When finished, click Answer to see the results. Good luck!

 

Hangman
 
powered by Blogger